Thursday, June 26, 2008

MANUSIA DAN PILIHAN

Sekitar dua minggu lalu saya dan teman-teman nonton bareng pelem Kungfu Panda. Rame, jelas. Seru, konyol dan menghibur. Kalau ada teman-teman yang belum nonton saya sarankan untuk menonton, lumayan obat stres yang ampuh. Lebih oke lagi jika anda nontonnya gratisan alias ditraktir, maka acara nonton akan jadi lebih menyenangkan. Caranya gampang, ajaklah teman anda yang sedang berulang tahun (atau masih dalam euphoria ulangtahun-ria) dan buatlah dia terintimidasi untuk mentraktir anda. Tentu saja ajak teman-teman lain untuk berkomplot mengintimidasi, jika perlu ajak teman anda nan jauh dari Balikpapan, agar sang korban menjadi lebih tertekan dan tak bisa menolak. Yups, sesimpel itu. (hehehe, thx ya miff :D).

Selain menghibur, pelem ini juga banyak sekali membawa pesan moral, inilah yang saya suka dari pelem2 kartun ala dreamworks atau pixar (eh, mrk ga sama kan ya :P *mode sotoy*), beda sekali dengan sinetron ala indonesia, yang … yah sudahlah, cukup tau sama tau saja kita ini *mode sinis on :P* Salah satu pesan yang paling berkesan bagi saya adalah mengenai keberanian untuk memilih. Yah mungkin banyak yang lain, tapi entah kenapa yang satu ini paling mengena untuk saya.

Yang sudah pernah menonton mungkin masih ingat bagaimana akhirnya Po memilih untuk berjuang menjadi ahli kungfu dan bukannya menerima nasib untuk meneruskan usaha turun-temurun orangtuanya , atau bagaimana guru (err, saya lupa namanya, haduh parah sekali ingatan saya ini :( ) memilih untuk mempercayai bahwa Po adalah benar-benar sang pendekar naga sejati, atau bagaimana lima pendekar akhirnya memilih untuk menghadapi sendiri sang musuh nan berbahaya. Semuanya adalah tentang memilih.

Ada apa memangnya dengan keberanian untuk memilih? Bukankah begitulah manusia, setiap hari selalu saja dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Maka mengapa tiba-tiba hal ini menjadi begitu istimewa? Menurut saya justru di situlah letak keistimewaannya. Karena kebegitu-biasaannya (haduh, mohon ampuni tata bahasa saya yang makin kacau dan tidak sesuai dengan EYD dari hari ke hari ini :P), mestinya kita sudah sangat terbiasa pula untuk memilih bukan. Tapi ternyata tidak demikian prakteknya. Begini saja, singkat cerita, saya sedang dikelilingi dengan orang-orang (atau mungkin saya juga termasuk) yang sedang bingung (?) dengan pilihan-pilihan.sebut saja teman-teman di kosan yang (menurut pandangan orang luar mungkin) sudah sangat nyaman dan mapan dengan pekerjaannnya di perusahaan MNC di bidang oil&gas, yang bingung antara terus bekerja atau meneruskan kuliahnya; seorang sahabat yang (sepertinya menurut saya) sudah sangat nyaman dengan lingkungan yang kondusif, dikelilingi dengan orang-orang nan soleh dan solehah, yang juga bingungmemilih untuk tetap berada di zonan nyaman tersebut atau mencoba hal baru yang memang sesuai minatnya; seorang adik yang bingung memilih untuk melanjutkan kuliah atau bekerja dan membantu keluarganya; dll.

Setiap saat dan setiap detik dalam hidup kita, kita dihadapkan pada pilihan-pilihan. Ada yang sifatnya (tampak) sepele seperti memilih untuk makan atau tidak makan, lalu setelah memilih makan, kita lagi-lagi harus memilih untuk makan apa. Sampai yang sifatnya begitu penting, seperti jodoh, pekerjaan, dll. Lantas bagaimana? Menurut saya pribadi sih tidak ada pilihan yang salah, asalkan kita paham dan sadar konsekuensinya. Dan yang lebih penting lagi adalag keberanian untuk memilih dan bersungguh-sungguh dengan pilihan kita tersebut. Toh kita memiliki akal dan iman sebagai alat bagi kita untuk memilih. Dengan akal, kita bisa menganalisis pilihan-pilihan tersebut, baik dan buruknya, manfaatnya, kesulitannya, dst. Dengan iman, kita melengkapi hasil analisis kita tadi dengan keyakinan dan pengharapan tuk ditunjukkan pilihan yang terbaik oleh NYA. Bukankah doa dalam istikhoroh begitu tepatnya menggambarkan harapan kita. Kita mohon dipilihkan yang terbaik, dan berharap tuk diberikan keridhoan dan keikhlasan terhadap hasil tersebut. Berikutnya, kita akan bisa memilih dengan lebih bijak dan berani.

Tidak mudah memang, tapi begitulah. Justru dengan itulah kan terlihat kualitas kita sebagai manusia, dari cara kita dalam menyikapi pilihan, dari kebijakan kita dalam menentukan pilihan. Tak peduli orang mencibir, toh kita yang paling tau apa prioritas kita, apa mimpi-mimpi kita, apa yang kita inginkan, apa visi kita jangka pendek dan jangka panjang. Karena sekali lagi (menurut saya pribadi) tak ada pilihan yang salah. Semuanya kembali kepada kita. Pun jika Po memilih untuk mengikuti jejak ayahnya mengelola bisnis mi keluarga, hal itu tidak salah, yah mungkin judul pelemnya bukan Kungfu Panda, tp Po the noodle man :D, atau pun jika kelima pendekar memilih untuk tinggal saja di istana Jade dan bukannya mencari Tai Lung (eh, bener ga namanya,,told ya before, seems that i have a short term memory lost syndrome :D) itupun sah-sah saja, yang berarti mereka berlima bisa menyusun strategi yang lain. Coz life isnt a matter of chance, but it’s a matter of choice. Selamat menentukan pilihan, apapun semoga itu adalah yang terbaik bagi anda, agama anda, hidup anda, dan akibat bagi anda baik di dunia dan akhirat**, jangan lupa doakan saya juga :)

** : kutipan doa sholat istikhoroh.