Monday, November 17, 2008

My Rainbow

Nama saya Mega. Dan saya selalu mengasosiasikan semua keindahan langit dengan nama saya. Pelangi tentu saja tidak luput darinya. Dari kecil saya sangat suka mandi hujan dengan teman-teman saya. Saya merasa bebas dan bahagia. Dan kebahagiaan itu akan semakin bertambah jika pelangi ikut hadir melengkapi. Indah nian. Lagu "pelangi-pelangi" adalah salah satu lagu favorit saya zaman TK, yang sering saya kumandangkan saat mentas di depan kelas. Dengan gaya centil yang khas tentu saja, hehehe..Bahkan saya pernah penasaran dengan Agung yang hebat sekali bisa melukis pelangi di awan, ya mohon maap, saya kan masih kecil waktu itu, memahami semuanya literally. :p

Menurut saya, there’s something magical about rainbow. Pelangi bagi saya merefleksikan banyak kebaikan. Rasa syukur bumi terhadap langit, yang telah mencurahkan dan menyegarkan kembali semua makhluk di bumi. Kehidupan baru. Warna-warninya juga menyiratkan keberagaman, bahwa hidup tidaklah satu warna. Dan itu selalu mengingatkan saya bahwa terlalu nista rasanya jika saya membiarkan hidup saya hanya diisi satu warna saja.

Hal lain yang juga saya persepsikan tentang pelangi adalah ia melambangkan harapan dan impian. Dan hal itu selalu mengingatkan saya tuk tak pernah takut dan menyerah dalam hidup. Coz there’ll be a rainbow after the rain.

Maka, ketika kelak saya dipenuhi cinta pun, saya selalu berharap bahwa hal itu takkan membuat saya kehilangan warna-warni pelangi saya. Saya berdoa semoga kehadiran cinta dalam hidup saya tak lantas membuat saya meniadakan warna lainnya. Saya selalu meminta agar Allah jadikan cinta sebagai penguat warna-warni pelangi dalam kehidupan saya.

Dan saat ini, di saat saya yakin bahwa saya sudah siap tuk mempersilahkan cinta hadir dan menetap dalam hati saya, saya hanya berdoa semoga Allah kabulkan pinta saya sebelumnya. Semoga saya kan selalu bisa menikmati pelangi dalam perjalanan hidup saya, bersama seseorang yang insyaAllah sudah saya pilih tuk menjadi sahabat dalam perjalanan ini.

Mohon doa restu. Jangan lupa pula tuk mampir di traveler’s journal milik saya dan teman seperjalanan saya tersebut.

PS: saking sudah lamanya tidak menulis, saya sampe lupa akun blogger saya :D

Thursday, June 26, 2008

MANUSIA DAN PILIHAN

Sekitar dua minggu lalu saya dan teman-teman nonton bareng pelem Kungfu Panda. Rame, jelas. Seru, konyol dan menghibur. Kalau ada teman-teman yang belum nonton saya sarankan untuk menonton, lumayan obat stres yang ampuh. Lebih oke lagi jika anda nontonnya gratisan alias ditraktir, maka acara nonton akan jadi lebih menyenangkan. Caranya gampang, ajaklah teman anda yang sedang berulang tahun (atau masih dalam euphoria ulangtahun-ria) dan buatlah dia terintimidasi untuk mentraktir anda. Tentu saja ajak teman-teman lain untuk berkomplot mengintimidasi, jika perlu ajak teman anda nan jauh dari Balikpapan, agar sang korban menjadi lebih tertekan dan tak bisa menolak. Yups, sesimpel itu. (hehehe, thx ya miff :D).

Selain menghibur, pelem ini juga banyak sekali membawa pesan moral, inilah yang saya suka dari pelem2 kartun ala dreamworks atau pixar (eh, mrk ga sama kan ya :P *mode sotoy*), beda sekali dengan sinetron ala indonesia, yang … yah sudahlah, cukup tau sama tau saja kita ini *mode sinis on :P* Salah satu pesan yang paling berkesan bagi saya adalah mengenai keberanian untuk memilih. Yah mungkin banyak yang lain, tapi entah kenapa yang satu ini paling mengena untuk saya.

Yang sudah pernah menonton mungkin masih ingat bagaimana akhirnya Po memilih untuk berjuang menjadi ahli kungfu dan bukannya menerima nasib untuk meneruskan usaha turun-temurun orangtuanya , atau bagaimana guru (err, saya lupa namanya, haduh parah sekali ingatan saya ini :( ) memilih untuk mempercayai bahwa Po adalah benar-benar sang pendekar naga sejati, atau bagaimana lima pendekar akhirnya memilih untuk menghadapi sendiri sang musuh nan berbahaya. Semuanya adalah tentang memilih.

Ada apa memangnya dengan keberanian untuk memilih? Bukankah begitulah manusia, setiap hari selalu saja dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Maka mengapa tiba-tiba hal ini menjadi begitu istimewa? Menurut saya justru di situlah letak keistimewaannya. Karena kebegitu-biasaannya (haduh, mohon ampuni tata bahasa saya yang makin kacau dan tidak sesuai dengan EYD dari hari ke hari ini :P), mestinya kita sudah sangat terbiasa pula untuk memilih bukan. Tapi ternyata tidak demikian prakteknya. Begini saja, singkat cerita, saya sedang dikelilingi dengan orang-orang (atau mungkin saya juga termasuk) yang sedang bingung (?) dengan pilihan-pilihan.sebut saja teman-teman di kosan yang (menurut pandangan orang luar mungkin) sudah sangat nyaman dan mapan dengan pekerjaannnya di perusahaan MNC di bidang oil&gas, yang bingung antara terus bekerja atau meneruskan kuliahnya; seorang sahabat yang (sepertinya menurut saya) sudah sangat nyaman dengan lingkungan yang kondusif, dikelilingi dengan orang-orang nan soleh dan solehah, yang juga bingungmemilih untuk tetap berada di zonan nyaman tersebut atau mencoba hal baru yang memang sesuai minatnya; seorang adik yang bingung memilih untuk melanjutkan kuliah atau bekerja dan membantu keluarganya; dll.

Setiap saat dan setiap detik dalam hidup kita, kita dihadapkan pada pilihan-pilihan. Ada yang sifatnya (tampak) sepele seperti memilih untuk makan atau tidak makan, lalu setelah memilih makan, kita lagi-lagi harus memilih untuk makan apa. Sampai yang sifatnya begitu penting, seperti jodoh, pekerjaan, dll. Lantas bagaimana? Menurut saya pribadi sih tidak ada pilihan yang salah, asalkan kita paham dan sadar konsekuensinya. Dan yang lebih penting lagi adalag keberanian untuk memilih dan bersungguh-sungguh dengan pilihan kita tersebut. Toh kita memiliki akal dan iman sebagai alat bagi kita untuk memilih. Dengan akal, kita bisa menganalisis pilihan-pilihan tersebut, baik dan buruknya, manfaatnya, kesulitannya, dst. Dengan iman, kita melengkapi hasil analisis kita tadi dengan keyakinan dan pengharapan tuk ditunjukkan pilihan yang terbaik oleh NYA. Bukankah doa dalam istikhoroh begitu tepatnya menggambarkan harapan kita. Kita mohon dipilihkan yang terbaik, dan berharap tuk diberikan keridhoan dan keikhlasan terhadap hasil tersebut. Berikutnya, kita akan bisa memilih dengan lebih bijak dan berani.

Tidak mudah memang, tapi begitulah. Justru dengan itulah kan terlihat kualitas kita sebagai manusia, dari cara kita dalam menyikapi pilihan, dari kebijakan kita dalam menentukan pilihan. Tak peduli orang mencibir, toh kita yang paling tau apa prioritas kita, apa mimpi-mimpi kita, apa yang kita inginkan, apa visi kita jangka pendek dan jangka panjang. Karena sekali lagi (menurut saya pribadi) tak ada pilihan yang salah. Semuanya kembali kepada kita. Pun jika Po memilih untuk mengikuti jejak ayahnya mengelola bisnis mi keluarga, hal itu tidak salah, yah mungkin judul pelemnya bukan Kungfu Panda, tp Po the noodle man :D, atau pun jika kelima pendekar memilih untuk tinggal saja di istana Jade dan bukannya mencari Tai Lung (eh, bener ga namanya,,told ya before, seems that i have a short term memory lost syndrome :D) itupun sah-sah saja, yang berarti mereka berlima bisa menyusun strategi yang lain. Coz life isnt a matter of chance, but it’s a matter of choice. Selamat menentukan pilihan, apapun semoga itu adalah yang terbaik bagi anda, agama anda, hidup anda, dan akibat bagi anda baik di dunia dan akhirat**, jangan lupa doakan saya juga :)

** : kutipan doa sholat istikhoroh.

Friday, April 4, 2008

Saudagar Buku dari Kabul



Sharifa menarik nafas panjang. Dia teringat pada hukuman yang menimpa tetangganya, Jamila.
Jamila berasal dari keluarga terpandang, kaya raya, selalu berpenampilan apik, dan cantik secantik bunga. Seorang kerabat telah menyisihkan uang yang diperolehnya di luar negeri sehingga mampu mendapatkan gadis cantik berusia delapan belas tahun itu. Upacara pernikahannya luar biasa, lima ratus orang tamu, makanan berlimpah dan mempelai wanita tampak sangat cantik. Jamila tidak mengenal lelaki yang akan menikah dengannya sampai hari pernikahan itu tiba; para orangtualah yang mengatur segalanya. Mempelai pria, lelaki kurus dan tinggi berusia empat puluhan tahun, dating dari luar negeri untuk menikah dengan adapt Afganishtan. Dia dan Jamila menghabiskan waktu dua minggu bersama-sama sebagai pengantin baru sebelum dia pergi lagi untuk mengurus visa agar Jamila bisa ikut bersamanya. Sementara itu, Jamila tinggal bersama kedua kakak lelaki suaminya dan istri-istri mereka.
Mereka menagkap basah Jamila tiga bulan kemudian. Polisi yang mengabarkan berita tentang dirinya. Mereka melihat seorang lelaki merangkak masuk lewat jendela kamar Jamila.
Mereka tak pernah berhasil menangkap lelaki itu, tapi dua orang saudara lelaki suaminya menemukan benda milik lelaki itu di kamar Jamila, bukti adanya hubungan tersebut. Keluarga segera membatalkan pernikahan yang sudah terjadi dan mengusirnya pulang ke rumahnya sendiri. Jamila dikunci selama dua hari sementara keluarga berunding.
Tiga hari kemudian, kakak lelaki Jamila memberi tahu para tetangga bahwa adiknya meninggal karena tersengat listrik dari kipas angina yang korsleting.
Upacara pemakaman dialngsungkan keesokan harinya; banyak bunga, banyak wajah murung,. Ibu dan saudara-saudara perempuan tak bisa dihibur. Semuanya berduka karena Jamila mati muda.
“Seperti pernikahannya,” kata mereka, “pemakamannya juga istimewa.”
Kehormatan keluarga telah diselamatkan.
Sharifa punya video pernikahan itu, tapi kakak lelaki Jamila datang meminjamnya. Video itu tak pernah dikembalikan. Tak ada bekas apa pun yang menyiratkan bahwa pernikahan itu pernah terjadi. Tapi, Sharifa menyimpan beberapa foto. Pasangan pengantin itu tampak formal dan serius ketika memotong kue pengantin. Wajah Jamila tidak menyembunyikan apa pun dan dia tampak cantik mengenakan baju pengantin putih dan cadar, berambut hitam dan bibirnya merah.
Sharifa menarik napas panjang. Jamila melakukan perbuatan terlarang yang amat serius, tapi lebih karena dia ceroboh, bukan karena hatinya culas.
“Dia tak seharusnya mati begini cepat, tapi Allah yang menentukan,” gumam Sharifa, lalu membacakan doa.
Akan tetapi, ada satu hal yang mengganggu pikirannya: hanya dibutuhkan dua hari perundingan keluarga ketika Ibu Jamila, ibu kandungnya sendiri, setuju untuk membunuhnya. Dia, si ibulah, yang pada akhirnya menyuruh ketiga putranya untuk membunuh putrinya. Para kakak lelaki ini masuk ke kamar adiknya bersama-sama. Bersama-sama pula mereka membekap adiknya dengan bantal, membekapnya dengan keras dan semakin keras, sampai hidupnya berakhir.
Kemudian, mereka kembali menemui ibu mereka.
------------------------------------------------------------------------------------

Frame di atas adalah penggalan kisah yang ada pada novel “Saudagar Buku dari Kabul” karya Asne Seierstad. Sebuah novel yang menarik menurut saya. Ditulis berdasarkan pengalaman penulis menghabiskan musim semi bersama keluarga Sultan Khan (tokoh utama novel ini).

Gaya bahasanya menarik dan mudah dipahami. Bercerita tentang kelurga Sultan Khan seorang saudagar buku, yang sangat mencintai buku-bukunya. Menarik melihat kecintaan saudagar buku tersebut untuk melindungi buku-bukunya selama perubahan rezim yang terjadi di Afghanistan. Betapa demi melindungi buku-bukunya beliau rela mencoret-coret gambar-gambar yang ada dalam buku tersebut dengan spidol hitam, atau menutupinya dengan menempelkan kartu nama di halaman buku agar buku-buku tersebut tidak disita dan dihancurkan. Menarik pula melihat bagaimana Sultan Khan menangis saat buku-bukunya dibakar, namun tetap bersemangat untuk mempertahankan koleksi bukunya.

Novel ini juga banyak bercerita tentang perempuan, dan kebanyakan tentang penderitaannya. Mulai dari Shafira, istri Sultan Khan, yang menjadi korban poligami, para perempuan yang pernikahannya menjadi ajang transaksi jual beli, seolah mereka tidak bermakna kecuali seharga mahar mereka dan kesanggupan suaminya ‘membeli’ mereka. Atau ada juga kisah tentang betapa perempuan disana harus menjaga diri dengan seketat-ketatnya, hingga tak boleh melakukan hal-hal terlarang seperti misalnya diceritkan dalam frame diatas, atau bagaimana para perempuan disana sangat menderita karena harus menggunakan burkak (cadar dan baju panjang tertutup) sehari-hari. Hal ini, menurut saya, terkait dengan latar belakang penulis yang berasal dari Barat ( beliau berasal dari Norwegia). Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi pola pikir dan sudut pandangnya. Penulis yang sangat akrab dengan kesetaraan gender dan kebebasan hak asasi manusi tentu merasa ‘gerah’ dan ‘kurang sreg’ dengan apa yang terjadi dengan nasib kaum perempuan disana. Namun, di sisi lain saat membaca novel ini kita juga harus mampu bersikap objektif dan terbuka. Bahwa apa yang ditampilkan bukanlah seluruhnya potret Islam. Mungkin disana akan tampak bahwa hukum Islam begitu mengerikannya, namun toh tidak demikian adanya. Membaca novel ini membuat saya bersyukur karena saya tinggal di Indonesia, namun juga tersentuh dan sedih atas apa yang dihadapi saudara-saudara di sana, sekaligus berpikir ulang bahwa benar adanya agama itu harus dipahami dan diamalkan secara kaafah dan keseluruhan, tidak parsial agar kita tak menjelma menjadi manusia yang merasa diri paling benar. Wallahualam.

Over all, menurut saya novel ini sangat bagus dan worth it untuk dibaca. Selamat membaca. Ditunggu komentarnya juga. 

3J

Kalau temen-temen membaca judul tulisan ini, mungkin temen akan teringat dengan rumus-rumus hidup bahagia ala Aa Gym, misalnya 3M, 5S, dsb. Tapi yang ini beda, rumus ini bukan dari Aa Gym, tapi dari seorang teman, dan saya pikir akan bermanfaat buat saya maupun temen-temen.

Mungkin masih lekat dalam ingatan kita lantunan lagu Raihan yang berisi nasehat Nabi SAW untuk memperhatikan lima perkara sebelum lima perkara lainnya. Salah satunya adalah perkara sehat sebelum sakit. Saya termasuk orang yang sangat parah dalam hal ini.. Maksudnya dalam memperhatikan kesehatan, yang kata orang hampir semuanya berasal dari makanan. Yups, kalau dirunut riwayat kesehatan, saya itu paling akrab dengan yang namanya typhus. Entah kenapa sepertinya bakteri salmonella merasa tubuh saya mungkin tempat yang sangat kondusif untuk menetap. Buktinya saja, dalam empat koma enam tujuh tahun masa kuliah saya (ga mau dibulatkan jadi lima hehehe :D) saya kena tipus sampe 4 kali, kalau dirata-ratakan 1,17 tahun sekali, paling parah sih pas tahun2 terakhir kuliah, sampe 3 kali dalam dua tahun. Walaupun tipus ini identik dengan mahasiswa, tapi saya tau ada yang salah dengan saya kalau sampai saya mengalami itu berulang-ulang. Dan benar saja, kalau mau jujur penyebabnya yang salah adalah pola makan saya yang tidak sehat dan tidak terjadwal (hehehe, maklum mahasiswa :p)

Dan balik lagi ke rumus 3J tadi, untuk menjaga kesehatan itu ya awalnya mulai dari menjaga makanan. Dan 3J ini bisa jadi panduan. J yang pertama adalah Jenis. Teman saya itu (yang adalah sarjana Farmasi, jadi saya pikir ekspertasi nya di bidang medis bisa “cukup” dipertanggungjawabkan :D) bilang yang penting perhatikan jenisnya. Tidak semua makanan itu sehat, makanya dalam Islam itu kita diperintahkan makan yang halal dan thoyyib, halal saja tidak cukup harus thoyyib alias baik juga. Nah lo, jelas J yang pertama ini sudah gagal saya penuhi, wong saya males banget makan sayur, yang katanya adalah makanan paling sehat didunia ini hehehe..tapi belakangan ini saya sedang belajar makan sayur sih, mohon doanya ya teman . J yang kedua adalah Jadwal. Jadwal makan kudu bener dan konsisten. Well, what can I say, sungguh tidak saya banget, selain sering dirapel makannya, kadang2 malah lupa..pantesan aja sakit. J yang terakhir tuh Jumlah. Ini juga kudu diperhatikan. Jangan berlebihan, jangan sampe kurang juga. Toh untuk jumlah ini, Rasul pun telah mencontohkan, isilah perutmu dengan 1/3 makanan, 1/3 minum, dan 1/3 udara dan kita juga dingatkan untuk berhenti sebelum kenyang. Dan saya gagal lagi memenuhi J yang satiu ini sodara2, karena tidak tentu dan suka dirapel makannya, so jumlah makanan yang masuk ke perut saya juga suka berlebihan atau malah kurang sama sekali. Lengkap sudah, STRIKE OUT saya, pantesan aja tipus dan maagh selalu menyertai. Ehhm, tapi itu dulu sodara-sodara, pas jaman masih kuliah, kalau sekarang? Hehehe, sedikit (banget) lebih baik lah.

So, kalau memang ingin sehat, rumus dari temen saya ini bisa dipraktekkan kok. Murah, meriah dan tidak susah. Rumus biasa sih sebenernya, mungkin masuk dalam nasehat standar semua orang tua kita, tapi somehow kok ya kita males (atau ga mau) mempraktekkannya. Tapi beneran deh, yang pernah sakit bakal tau nikmatnya sehat. Dan masih menurut teman saya ini, usaha kita menjaga kesehatan ini termasuk wujud syukur kita pada yang memberi kesehatan. So, mari mulai sekarang canangkan hidup sehat dengan 3J, sekalian mendukung program pemerintah untuk menyehatkan rakyatnya hehehe.. (saya juga masih usaha kok :D)

Why blogging

People have their own reasons to do blogging activities. Mulai dari alasan paling norak dan dangkal sampai alasan paling mulia. Mulai dari yang pengen eksis doang sampe yang pengen cari duit tambahan. Dan tidak ada yang salah dengan itu. Tak ada seorang pun yang bisa menjudge bahwa alasannya adalah yang paling benar dan tepat.

Kalau ditanya kenapa saya blogging, alasan pertama sih mungkin karena jiwa narsis saya tidak bisa membiarkan saya melewatkan kesempatan untuk bernarsis-narsis ria di media online. ”it’s in my blood, man” hehehe.. :D. Disamping alesan-alesan lain yang ’agak’ (err...) mulia dan lebih banyak yang norak :D Meski kadang-kadang sering alasan-alasan itu tak cukup kuat untuk memaksa saya menulis kembali, buktinya satu tahun lebih tak ada tulisan baru di blog saya. (my mind say: itu mah elo aja yang males cha :p)

Tapi lupakan sejenak tentang kondisi hiatus atau hibernasi saya dalam aktivitas blogging. Dua minggu ini saya ngobrol-ngobrol dengan dua orang Ibu yang sedang sangat semangat untuk belajar ngeblog. Dan dua-duanya membuat saya terpesona.

Ibu yang pertama, saya temui saat saya sedang presentasi pembuatan website di perusahaannya. Oh iya sekalian iklan saja ya :D

*mode iklan on*

Saat ini saya dan teman-teman sedang menjalankan bisnis di bidang multimedia dan IT, sebenernya pengen sekalian diiklankan website perusahaannya, tapi apa daya masih under construction, karena kami terlalu sibuk membuatkan website untuk orang lain hingga lupa membuat website sendiri (huehehehe, bagian ini boong banget, sumpah,jangan dipercaya :D) kalimat yang lebih tepat adalah, karena kami terlalu sibuk mencari project untuk menjaga kelangsungan hidup kami. Servicenya dijamin reliable, harga nego, buseet,,udah ah...eh tapi kalo ada yang berminat untuk menggunakan jasa kami, atau hanya sekedar berniat menjadi calo (tenang, ada fee marketing), please feel free to contact me at : viva_etchaa[at]yahoo[dot]com.

*mode iklan off*

Well lanjut lagi, setelah ngobrol-ngobrol tentang kerjaan, si ibu ini bertanya apakah saya punya blog. Lalu saya menjawab sambil cengar-cengir, ”ada sih Bu, tapi ga pernah di update lagi”. Dan pembicaraan berlanjut dengan cerita si Ibu tentang keinginannya untuk belajar ngeblog. Beliau mengatakan hal itu didasari keinginannya untuk berbagi ilmu dan beramal sholeh. Wooow, mulia sekali pikir saya. Kebetulan Ibu ini bekerja di perusahaan medis dan cukup banyak tahu tentang kesehatan. Beliau berharap dengan beliau berbagi ilmu, maka orang akan mendapatkan manfaat dari ilmu tersebut, dan akan menjadi ladang pahala jariah yang tak berhenti bagi beliau hingga beliau tiada. Dan kalimat demi kalimat tentang keinginan dan visinya terus mengalir. Tanpa ada sedikitpun nada sombong disana, hanya ketulusan yang saya tangkap. Pembicaraan berakhir dengan janji untuk bertemu kembali, tidak di pertemuan formal seperti sekarang, tapi dlm suasana dan kondisi yang lebih cozy. Beliau minta saya untuk mengajari beliau membuat blog, haduh-haduh somobedy help me..(aarrrghh, ini berarti saya minimal harus mengupdate blog saya yang mati suri ini L) tapi saya bahagia, karena saya dapat teman baru (dan semoga project baru , hehehe teuteup :D)

Ibu yang kedua memang sudah (relatif) lama menjadi sahabat saya. Saya biasa belajar banyak darinya. Ibu yang satu ini adalah ibu rumah tangga biasa, namun visi dan mimpinya luar biasa. Belakangan beliau sedang ingin belajar blog juga. Alasannya sederhana, suami beliau sedang membuat blog pribadi dan sudah siap dengan contentnya, namun karena keterbatasan waktu (suaminya ini sangat sibuk sekali) maka suami beliau belum sempat menyelesaikannya. Dan sebagai seorang istri yang baik dan selalu mensupport suaminya, maka Ibu ini merasa beliau harus membantu suaminya dalam urusan blog-blogan ini. Dan ya begitulah akhirnya, beliau aktif dan sangat semangat untuk belajar. Woow, sekali lagi saya terpesona. Sungguh sederhana dan mulia sekali. Dan ketika saya tanya kenapa beliau semangat sekali. Beliau bilang bahwa ini juga bisa jadi sarana beliau belajar` kembali untuk menulis, karena menjadi penulis buku adalah salah satu cita-citanya.

Dan pertemuan dengan dua orang Ibu tadi kembali menyemangati saya. Saya tak berani berjanji akan lebih rajin ngeblog dari sekarang. Tapi paling tidak saya ingin berjalan beriringan dengan kedua Ibu-ibu sahabat saya tadi tuk jadi lebih bermanfaat dengan kegiatan blogging ini. Aamiin...